Selasa, 24 Mei 2011

Pernikahan, emosi dan kesehatan jantung




Para spesialis jantung sering kali mengatakan, ketika melakukan terapi, yang perlu dibenahi adalah permasalahan yang berkaitan dengan emosi pasien, karena berbagai permasalahan yang timbul akibat kehidupan pernikahan yang tidak harmonis dapat mempengaruhi kesehatan jantung.

Sebuah penelitian gabungan dari San Diego State University dan University of Pittsburgh telah membuktikan bahwa kehidupan pernikahan yang sangat memuaskan dapat mengurangi faktor-faktor serangan penyakit jantung, dengan demikian dapat memperpanjang usia.

Di dalam penelitian yang sudah berjalan 13 tahun ini, para peneliti melakukan survei mengenai tingkat kepuasan kehidupan pernikahan terhadap 493 orang kaum ibu yang berusia antara 42 sampai dengan 50 tahun. Hal-hal yang diamati meliputi waktu kumpul bersama, taraf komunikasi, kehidupan seksual, pandangan mengenai ekonomi keluarga, hobi, karakter, sifat dan lain-lain.

Para peneliti juga melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap mereka, termasuk pengukuran tekanan darah, berat dan tinggi tubuh, memonitor kondisi kesehatan, apakah merokok, suka olahraga dan lain-lain.

Mereka juga memeriksa kondisi kesehatan psikologi, termasuk depresi, stress, dan tekanan batin lain. Hasilnya menunjukkan, orang yang sangat puas dalam pernikahan, jika dibandingkan dengan orang yang kurang puas atau belum menikah, mempunyai faktor-faktor serangan penyakit jantung yang lebih sedikit.

Dr. Stephen T. Sinatra adalah seorang dokter spesialis jantung, terkenal dengan pengobatan penyakit jantung melalui keseimbangan gizi dan energi. Dia juga merupakan editor jurnal kedokteran “Jantung, Kesehatan Dan Gizi”.

Di dalam bukunya Heartbreak & Heart Disease yang diterbitkan 1996, pernah membahas permasalahan pengaruh emosi terhadap jantung. Akhir-akhir ini, dalam karya tulis khususnya di situs www.bokee.com, dia menguraikan hasil pengamatannya selama bertahun-tahun mengenai penanganan penyakit jantung dengan topik “pernikahan dan kesehatan jantung”.

Dr. Sinatra mengatakan, tekanan batin yang diakibatkan oleh emosi yang ditahan mulai dari patah hati, terlalu sedih, sampai dengan rasa bermusuhan dan amarah, dapat mengakibatkan tersumbatnya aorta jantung Anda, efeknya mirip dengan oksidasi kolesterol, keracunan logam, insulin, radiasi dan darah yang mengental dan lengket. Menurutnya, banyak penelitian yang sudah membuktikan hubungan tubuh dan hati.

Dr. Sinatra menyatakan, tekanan batin adalah mematikan. Kadang-kadang penyakit jantung dapat membuat manusia mengerti sampai sebesar apakah daya bunuh tekanan batin. Meskipun sebagian orang sudah mengerti tetap juga selamanya tidak dapat merubah keadaan yang ada.

Dia mengatakan, “Para pasien pernah mengutarakan keluhan kepada kami, tekanan batin yang berasal dari kehidupan, mungkin karena pekerjaan, ataupun pernikahan, benar-benar sangat melukai mereka. Semua nasehat, obat-obatan dan suplemen gizi tidak ada yang mampu mengompensasi kerusakan yang diakibatkan oleh tekanan batin.”

Sebaliknya, perasaan yang puas akan sebuah pernikahan yang harmonis, pekerjaan yang menggembirakan cukup untuk memelihara jantung. Dikatakannya pula, penelitian terkait dan pengamatannya dalam praktek klinis semuanya menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

* Kesepian mendatangkan risiko serangan jantung.
* Pasangan nikah lebih jarang mendapatkan serangan jantung dari pada yang hidup sendiri, namun pernikahan yang tidak harmonis memiliki daya rusak yang besar bagi jantung.
* Survei terhadap manula kelompok usia delapan-sembilan puluh tahun menunjukkan, usia panjang sangat erat berhubungan dengan kesehatan pernikahan.

Sebuah penelitian yang luar biasa dilakukan pada 2006 telah menarik perhatian banyak orang, dia mengungkap hubungan apa saja yang ada antara pernikahan dan kesehatan jantung.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Tim Smith, seorang ahli psikologi dari Utah State University. Smith telah merekrut 150 pasangan yang sehat, kebanyakan berusia di atas 60 tahun, tidak seorangpun dari mereka yang memiliki sejarah terserang penyakit jantung.

Setiap pasangan disurvei dan direkam gambarnya oleh psikolog peneliti. Topik pembicaraan dalam survei dipilih sendiri oleh pasangan yang bersangkutan, meliputi keuangan, hubungan keluarga, anak, liburan dan urusan rumah tangga yang menimbulkan perselisihan. Pasangan suami istri berhadapan untuk mendiskusikan topik yang dipermasalahkan di depan kamera.

Anggota peneliti menilai pandangan pasangan-pasangan tersebut, mulai dari sifat yang bersahabat sampai ke permusuhan, menurut sampai ke penguasaan cinta.

Tutur kata dan perilaku pada saat diskusi, merupakan miniatur pola kehidupan mereka dalam jangka panjang, dapat mencerminkan keadaan mereka yang sebenarnya.

Setelah dua hari melakukan komunikasi seperti ini, seluruh peserta harus menerima pemeriksaan CT Scan khusus pada rongga dada. Berdasarkan hasil scanning, dokter akan menetapkan kadar pengapuran pembuluh nadi tajuk jantung, hal ini dapat dipakai sebagai ukuran kondisi endapan thrombosit pada arteri jantung.

Sekalipun hasil scanning belum ada yang menunjukkan bahwa pengerasan pembuluh nadi tajuk jantung sudah sedemikian buruknya sehingga harus segera dirawat di bagian gawat darurat, namun ada sebagian yang keadaannya kurang baik, terdapat risiko masalah pada pembuluh nadi tajuk jantung.

Kesimpulan :
“Dalam diskusi apabila pandangan sang istri semakin mengandung permusuhan, kadar pengapuran pembuluh darahnya semakin tinggi. Taraf pengapuran yang paling tinggi adalah para istri yang menunjukkan sikap paling bermusuhan dan paling tidak bersahabat, di mana sang suami juga menunjukkan permusuhan dan tidak bersahabat."

Kesimpulan yang didapat oleh Smith adalah, jika hasrat menguasai besar atau menikah dengan istri yang mempunyai hasrat menguasai yang besar, seorang pria akan mudah menderita arteriosclerosis. Bila tidak demikian taraf risiko menderita gangguan arteriosclerosis agak rendah.

Pada perselisihan dalam pernikahan, niat bermusuhan pihak wanita akan berpengaruh jelek terhadap jantung, tindakan menguasai oleh wanita tidaklah baik bagi jantung pria. Bagaimana kita berkomunikasi dalam keadaan ini akan mempengaruhi kesehatan kita. Kedua belah pihak hendaknya menghindari niat bermusuhan dan hasrat menguasai.

“Apa pun adanya, kesimpulannya sama, tekanan batin mempunyai daya bunuh. Hal yang menarik adalah, semakin seorang istri berbicara dengan niat bermusuhan, pembuluh darahnya semakin mudah terjadi pengapuran. Banyak pasien saya setelah mendengar pembuluh nadi tajuk jantungnya mengalami pengapuran merasa sangat terkejut, karena faktor-faktor risiko lainnya tidak bermasalah.”

Mereka ingin tahu mengapa mereka bisa mendapatkan penyakit ini. Jawabannya menyangkut permasalahan lain di dalam kehidupan mereka telah menanggung seberapa banyak tekanan batin.

Saya melakukan scanning ini telah bertahun-tahun, saya menjumpai banyak orang yang tidak mempunyai faktor-faktor risiko penyakit jantung, namun tetap mempunyai masalah pengapuran pada pembuluh nadi tajuk jantung, sebabnya adalah tekanan batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar