Minggu, 12 Juni 2011
Asap Rokok Rusak Kesehatan Mental Anak
York - Anak-anak yang menghirup asap rokok secara pasif lebih cenderung berjuang dengan masalah kesehatan mental
Dalam hasil studi besar-besaran terhadap anak-anak di Inggris itu mendesak para orangtua untuk menghentikan kebiasaan merokok. "Atau setidaknya menghembuskan asap rokok di luar rumah," kata peneliti.
Namun masih belum jelas apakah asap tembakau benar-benar berpengaruh langsung pada otak anak-anak, atau ada hal lain yang mempengaruhi.
"Kita tahu bahwa paparan asap rokok terkait dengan banyak masalah kesehatan fisik pada anak-anak, meskipun sisi kesehatan mental belum dieksplorasi," kata ketua peneliti Mark Hamer dari University College London kepada Reuters Health via e-mail.
Dua dari setiap tiga anak berusia antara 3-11 tahun terkena asap rokok di AS. Sementara itu pada kelompok anak berusia 9-17, satu dari lima orang telah didiagnosa memiliki beberapa jenis gangguan mental atau kecanduan. Data ini berasal dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS.
Untuk melihat apakah dua statistik terkait, Hamer dan koleganya mempelajari 901 anak-anak tidak terkena paparan asap rokok yang berusia antara 4-8 tahun. Mereka mengukur tingkat efek sampingan dari asap rokok pada air liuar anak-anak untuk mengukur paparan asap, dan para orangtuanya mengisi kuesioner tentang emosi, masalah perilaku dan sosial anak-anak.
Semakin banyak paparan asap rokok pada anak, rata-rata memiliki kesehatan mental yang buruk. "Hal ini terutama anak-anak berlaku hiperaktif dan berperilaku buruk lainnya," lapor para peneliti dalam Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine.
Secara keseluruhan, sekitar 3% dari semua anak-anak 'abnormal' memiliki skor 20 atau lebih pada kuesioner 'Kekuatan dan Kesulitan', skala 40 poin dengan nilai tertinggi mewakili kesehatan mental buruk.
Terjadi kesenjangan tetap setelah peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seperti asma, aktivitas fisik, pendapatan keluarga, dan situasi rumah. Namun hal itu tidak bisa meniadakan peran beberapa faktor yang tidak terukur.
Anak-anak memang paling mungkin menghirup asap rokok di rumah mereka sendiri. Namun yang belum jelas adalah bagaimana asap rokok bisa memicu masalah mental.
Para peneliti memperkirakan bahwa hal ini bisa juga berhubungan dengan efek asap pada bahan kimia di otak, seperti dopamin. Faktor genetika juga bisa berpengaruh, atau pengetahuan bahwa asap berbahaya bisa membuat anak-anak depresi karena dipaksa banyak bernapas setiap hari.
Sementara Hamer mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan, Dr Michael Weitzman dari New York University Medical Center, yang tidak terlibat dalam penelitian. Michael mengatakan bahwa hasil penelitian ini memperkuat bukti bahwa asap rokok pasif menyebabkan masalah kesehatan mental pada anak-anak.
"Banyak orang sekarang menyadari bahwa paparan asap pada anak-anak meningkatkan risiko mereka untuk sindrom kematian bayi mendadak, infeksi telinga dan asma," kata Weitzman kepada Reuters Health via e-mail.
"Tapi asap rokok juga menimbulkan beban besar pada kualitas hidup anak-anak, keluarga dan masyarakat yang lebih besar, karena masalah peningkatan kesehatan mental anak," tambahnya.
Dia merekomendasikan pendidikan publik tentang konsekuensi merokok, serta lebih banyak upaya membantu orangtua berhenti merokok.
Hamer menyarankan agar orangtua sebaiknya mencoba menghindari kebiasaan merokok di rumah mereka ketika berada di sekitar anak-anak, karena hal itu berbahaya bagi mereka, baik secara fisik maupun mental
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar